Hati seorang Istri



By: agussyafii and Fajar ifantri

'Suami saya terlihat putus asa ketika serangan jantung itu datang, ketika saya hendak berangkat kerja, mau ninggalin takut terjadi apa-apa. tidak mungkin saya meninggalkannya sendirian di rumah sementara anak-anak sekolah. Bukankah ibadah seorang istri adalah menjaga suami ketika sakit?' katanya. Seorang ibu yang meyakini bahwa hidupnya adalah pengabdian untuk keluarga.

Itulah gambaran hati seorang istri, dengan setulus hati rela menjaga dan merawat bukan ketika ditengah berlimpahnya harta tetapi justru disaat suaminya sedang sakit keras dan kondisi ekonomi ditengah kesulitan.

Saya menyaksikan sendiri bagaimana tegarnya beliau, disaat suaminya terkulai lemah dan terjatuh diatas pangkuannya. Memakaikan baju dan membacakan kalimah tayyibah sepanjang hari. Beberapa hari kemudian saya menyaksikan suaminya sudah bisa memakai baju dan mau makan. 'Saya bersyukur dengan cobaan ini membuat sholat saya menjadi lebih khusyu.' ucapnya. 'Bila diingat saya masih terasa sakit hati, sewaktu bapak meninggalkan saya. Tapi saya sebagai istri tetap memiliki kewajiban untuk tetap berbakti kepada suami apapun yang pernah dilakukan dimasa lalu.' lanjutnya.

Alasan yang utama baginya ingin mengajarkan kepada anak-anak arti pentingnya sebuah kesetiaan dan menjaga komitmen terhadap pasangan hidup adalah ibadah. Setelah suaminya sembuh, sang ibu bertandang ke Rumah Amalia. Ucapannya saya masih teringat dengan jelas, 'Berbagai ujian itu hanya datang dari Allah SWT. berbagai peristiwa menguji kesabaran kami, saya, anak-anak dan juga suami. Sampai pada akhirnya sebuah kesadaran melahirkan titik nadir kehidupan yang kami sekeluarga menyakini bahwa sesungguhnya hidup kami, mati kami dan ibadah kami hanya untuk Allah semata.' ucapnya. Subhanallah..

---
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetapkanlah waspada dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (Qs. ali Imran[3]:200).

Wassalam,
Fajar ifantri

Comments